Ingin Berjumpa Nabi Muhammad SAW
Seorang murid berjalan menuju rumah
syaikhnya. Tampak di wajahnya sedang menginginkan sesuatu. Ketika sampai
di rumah syaikhnya, dia duduk bersimpuh beradab di hadapan sang syaikh
tak bergeming sedikitpun. Kemudian dengan wajah dan suara yang berwibawa
itu, bertanyalah syaikh kepada muridnya,
“Apakah yang membuatmu datang kepadaku di tengah malam begini?” Dijawabnya dengan suara yang halus,
“Wahai syaikh, sudah lama aku ingin melihat wajah Nabiku SAW walau hanya lewat mimpi, tetapi keinginanku belum terkabul juga.”
“Ooh…itu rupanya yang kau inginkan. Tunggu sebentar,” jawab syaikh.
Dia mengeluarkan pena, kemudian menuliskan sesuatu untuk muridnya.
“Ini…bacalah setiap hari sebanyak seribu kali. Insya Allah kau akan bertemu dengan Nabimu.”
Pulanglah
murid membawa catatan dari sang syaikh dengan penuh harapan ia akan
bertemu dengan Nabi SAW. Tetapi setelah beberapa minggu kembalilah murid
ke rumah syaikhnya memberitahukan bahwa bacaan yang diberikannya tidak
berpengaruh apa-apa. Kemudian syaikh memberikan bacaan baru untuk
dicobanya lagi. Sayangnya beberapa minggu setelah itu muridnya kembali
lagi memberitahukan kejadian yang sama.
Setelah berdiam beberapa saat, berkatalah sang syaikh,
“Nanti malam engkau datang ke rumahku untuk aku undang makan malam.”
Sang murid
menyetujui permintaan syaikhnya dengan penuh keheranan. Dia ingin
bertemu Nabi, tetapi kenapa diundang makan malam. Karena dia termasuk
murid yang taat, dipenuhinyalah permintaan syaikhnya itu. Datanglah ia
ke rumah syaikhnya untuk menikmati hidangan malamnya. Tenyata syaikh
hanya menghidangkan ikan asin saja dan memerintahkan muridnya untuk
menghabiskannya.
“Makan, makanlah semua dan jangan biarkan tersisa sedikitpun!”
Maka sang
muridpun menghabiskan seluruh ikan asin yang ada. Setelah itu ia merasa
kehausan karena memang ikan asin membuat orang haus. Tetapi ketika ingin
meneguk air yang ada di depan matanya, sang syaikh melarangnya,
“Kau tidak boleh meminum air itu hingga esok pagi, dan malam ini kau akan tidur di rumahku!” kata sang syaikh.
Dengan penuh
keheranan diturutinya perintah syaikh tadi. Tetapi di malam hari ia
susah untuk tidur karena kehausan. Ia membolak-balikkan badannya, hingga
akhirnya tertidur karena kelelahan. Tetapi apa yang terjadi?. Ia
bermimpi bertemu syaikhnya membawakan satu ember air dingin lalu
mengguyurkan ke badannya. Kemudian terjagalah ia karena mimpi itu
seakan-akan benar-benar terjadi pada dirinya. Kemudian ia mendapati
syaikhnya telah berdiri di hadapannya dan berkata,
“Apa yang kau mimpikan?”
Dijawab olehnya, “Syaikh, aku tidak bermimpi Nabiku SAW. Aku memimpikanmu membawa air dingin lalu mengguyurkan ke badanku.”
Tersenyumlah sang syaikh karena jawaban muridnya. Kemudian dengan bijaksana ia berkata,
“Jika cintamu pada Nabi seperti cintamu pada air dingin itu, kau akan bermimpi Nabimu SAW.”
Menangislah
sang murid dan menyadari bahwa di dalam dirinya belum ada rasa cinta
kepada Nabi. Ia masih lebih mencintai dunia daripada Nabi. Ia masih
meninggalkan sunnah-sunnahnya. Ia masih menyakiti hati umat Nabi. Ia
masih…masih…masih…..
“Ooh berapa
banyak tenaga yang harus aku keluarkan untuk bertemu Nabiku. Aku sadari
Nabiku bukan sesuatu yang murah dan mudah untuk dipetik atau dibeli
dengan uang. Aku hanya berharap semoga Nabiku mendengar keluhan yang
keluar dari hatiku ini dan menjemputku walau di dalam mimpi.”
Allahumma Sholli Wasallim Wabarik 'alaih
Writen by http://al-faizfarizki.blogspot.com/
Keteladanan Baginda Nabi SAW yang Sulit Diikuti Oleh Para Pejabat & Elit Politik
Sebelum ada yang berkomentar bahwa “Jangan samakan Pejabat negara atau politisi dengan nabi, karena manusia biasa tidak mungkin bisa seperti nabi”, maka disini perlu dijelaskan bahwa, Salah satu alasan kenapa Tuhan menurunkan Nabi dan Rasul dalam sosok seorang Manusia adalah supaya Manusia bisa mengikuti sifat baiknya.
Hal tersebut karena jika Tuhan menurunkan Nabi dan Rasul dalam sosok Malaikat, tentunya manusia tidak bisa mengikutinya.
Perlu dicatat juga bahwa, ketika ada orang memiliki sifat baik yang sama seperti Nabi dan Rasul, bukan berarti secara otomatis orang tersebut dianggap sama dengan Nabi dan Rasul.
Jika kita membaca sejarah Nabi Muhammad S.A.W, salah satu teladan yang seharusnya diikuti oleh para pejabat dan penguasa serta politisi kita yaitu kesederhanaan Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW dalam catatan sejarah terbukti menjadi pedagang yang sukses kala itu. Terlebih saat Nabi Muhammad SAW menikah dengan Sayidah Khadijah, seorang pengusaha yang kaya raya, saat itu menjadikan Nabi Muhammad SAW menjadi pengusaha yang kaya raya.
Tapi coba lihat, Kekayaanya yang begitu besar hampir semuanya dibelanjakan untuk Bangsa dan Negaranya serta untuk Agama dan Umatnya. Sedangkan Nabi Muhammad SAW sendiri dalam tidurnya hanya menggunakan anyaman pelepah daun kurma.
Tidak hanya soal papan tidurnya, dalam memakan Nabi Muhammad SAW juga sangat sederhana.
Nabi Muhammad SAW juga berkali-kali menekankan kepada Umatnya khususnya yang menjadi pemimpin dan khalifah supaya mengutamakan rakyatnya. Jangan sampai disaat masih ada rakyat yang kelaparan tapi pemimpinya justru hidup bergelimang harta.
Semua itu sangat ditekankan karena seorang pemimpin, di akherat nanti pastinya akan dimintai pertanggungjawabanya selama menjadi pemimpin.
Apa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW tersebut juga diikuti oleh keempat Sahabat terbaik beliau yang selalu hidup sederhana. Mereka itu adalah Abu Bakar RA, Umar bin Khattab RA, Usman bin Affan RA, dan Ali bin Abi Thalib KWH.
Keempat penerus Khalifah tersebut mewarisi gaya hidup kesederhanaan Nabi Muhammad SAW. Bukan karena mereka miskin, para khalifah tersebut juga terkenal sebagai pengusaha yang sukses tapi mereka tetap hidup sederhana.
Hal tersebut tentunya sangat berbeda sekali dengan pemimpin-pemimpin di negeri kita.
Para Pemimpin dan politikus kita lebih banyak terlalu hidup dengan bermegah-megah. Lihatlah kekayaan mereka, dimulai dari rumah yang mewah, mobil mewah, pakaian yang mewah, serta serba kemewahan yang lainya.
Gambaran tersebut menggambarkan seolah mereka sebagai pejabat lupa bahwa di negeri ini masih banyak yang menderita. Jangankan bermimpi disebut hidup layak dan berkecukupan. Di beberapa daerah masih ada yang harus mati hanya karena gizi buruk.
Hal ini tentunya membuat hati kita miris dan mengelus dada dan mempertanyakan dimana nurani mereka?
Yang lebih menjijikan lagi adalah ketika diantara mereka lebih memilih menikah lagi dengan alasan pribadinya daripada harus berfikir bagaimana kekayaan yang buat menikah tersebut sebenarnya masih dibutuhkan untuk orang-orang yang masih kelaparan dan bergizi buruk.
Padahal perlu dicatat bahwa sebagian besar kekayaan pejabat kita tentunya didapat dari keringat rakyat yang kita bayarkan melalui pajak.
Kalaupun seandainya itu kekayaan memang hak dia dan milik mereka yang sudah kita bayarkan, tapi harus diingat bahwa dalam hukum Islam, sebagian kekayaan kita adalah bukan milik kita dan hanya titipan. Dan dalam harta dan kekayaan kita ada hak-hak anak yatim dan yang lainya yang memang membutuhkanya.
Apakah TIDAK MALU, jadi pejabat negara bergaya hidup mewah dengan kekayaanya, akan tetapi di daerah masih ada rakyat dan masyarakat harus Meninggal hanya karena Gizi Buruk?
Silahkan anda mengartikan dan menganggap jika tokoh idola dan partai anda sudah hidup sederhana. Itu hak anda dan mungkin memang standard hidup anda seperti itu.
Akan tetapi bagi kita yang hanya sebagai seorang anak petani bisa merasakan dan menganggap jika kebanyakan dan rata-rata GAYA HIDUP pejabat dan elit partai di Indonesia jauh dari kata SEDERHANA.
Semoga saja dalam peringatan Hari Kelahiran Nabi Muhammad S.A.W yang berkali-kali kita rayakan ini bisa menyadarkan pejabat kita dan elit partainya supaya mengikuti keteladanan nabi khususnya untuk bergaya hidup sederhana.
Jika pejabat dan elit partai di negara kita semuanya bisa memiliki gaya hidup yang sederhana, maka yakinlah korupsi tidak akan lagi ada di Indonesia. Karena tidak mungkin seorang yang hidup sederhana itu mempan untuk menerima suap apalagi korupsi.
Mereka yang mau menerima suap dan korupsi PASTILAH bukan dari orang yang hidup sederhana melainkan segerombolan ORANG-ORANG YANG TAMAK, RAKUS, dan TIDAK PUNYA MALU APALAGI TAKUT DENGAN DOSA..!
Writen by http://al-faizfarizki.blogspot.com/
Kesederhanaan, Keteladanan Yang Diajarkan Baginda Nabi SAW
Keteladanan Baginda Nabi SAW yang Sulit Diikuti Oleh Para Pejabat & Elit Politik
Sebelum ada yang berkomentar bahwa “Jangan samakan Pejabat negara atau politisi dengan nabi, karena manusia biasa tidak mungkin bisa seperti nabi”, maka disini perlu dijelaskan bahwa, Salah satu alasan kenapa Tuhan menurunkan Nabi dan Rasul dalam sosok seorang Manusia adalah supaya Manusia bisa mengikuti sifat baiknya.
Hal tersebut karena jika Tuhan menurunkan Nabi dan Rasul dalam sosok Malaikat, tentunya manusia tidak bisa mengikutinya.
Perlu dicatat juga bahwa, ketika ada orang memiliki sifat baik yang sama seperti Nabi dan Rasul, bukan berarti secara otomatis orang tersebut dianggap sama dengan Nabi dan Rasul.
Jika kita membaca sejarah Nabi Muhammad S.A.W, salah satu teladan yang seharusnya diikuti oleh para pejabat dan penguasa serta politisi kita yaitu kesederhanaan Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW dalam catatan sejarah terbukti menjadi pedagang yang sukses kala itu. Terlebih saat Nabi Muhammad SAW menikah dengan Sayidah Khadijah, seorang pengusaha yang kaya raya, saat itu menjadikan Nabi Muhammad SAW menjadi pengusaha yang kaya raya.
Tapi coba lihat, Kekayaanya yang begitu besar hampir semuanya dibelanjakan untuk Bangsa dan Negaranya serta untuk Agama dan Umatnya. Sedangkan Nabi Muhammad SAW sendiri dalam tidurnya hanya menggunakan anyaman pelepah daun kurma.
Tidak hanya soal papan tidurnya, dalam memakan Nabi Muhammad SAW juga sangat sederhana.
Nabi Muhammad SAW juga berkali-kali menekankan kepada Umatnya khususnya yang menjadi pemimpin dan khalifah supaya mengutamakan rakyatnya. Jangan sampai disaat masih ada rakyat yang kelaparan tapi pemimpinya justru hidup bergelimang harta.
Semua itu sangat ditekankan karena seorang pemimpin, di akherat nanti pastinya akan dimintai pertanggungjawabanya selama menjadi pemimpin.
Apa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW tersebut juga diikuti oleh keempat Sahabat terbaik beliau yang selalu hidup sederhana. Mereka itu adalah Abu Bakar RA, Umar bin Khattab RA, Usman bin Affan RA, dan Ali bin Abi Thalib KWH.
Keempat penerus Khalifah tersebut mewarisi gaya hidup kesederhanaan Nabi Muhammad SAW. Bukan karena mereka miskin, para khalifah tersebut juga terkenal sebagai pengusaha yang sukses tapi mereka tetap hidup sederhana.
Hal tersebut tentunya sangat berbeda sekali dengan pemimpin-pemimpin di negeri kita.
Para Pemimpin dan politikus kita lebih banyak terlalu hidup dengan bermegah-megah. Lihatlah kekayaan mereka, dimulai dari rumah yang mewah, mobil mewah, pakaian yang mewah, serta serba kemewahan yang lainya.
Gambaran tersebut menggambarkan seolah mereka sebagai pejabat lupa bahwa di negeri ini masih banyak yang menderita. Jangankan bermimpi disebut hidup layak dan berkecukupan. Di beberapa daerah masih ada yang harus mati hanya karena gizi buruk.
Hal ini tentunya membuat hati kita miris dan mengelus dada dan mempertanyakan dimana nurani mereka?
Yang lebih menjijikan lagi adalah ketika diantara mereka lebih memilih menikah lagi dengan alasan pribadinya daripada harus berfikir bagaimana kekayaan yang buat menikah tersebut sebenarnya masih dibutuhkan untuk orang-orang yang masih kelaparan dan bergizi buruk.
Padahal perlu dicatat bahwa sebagian besar kekayaan pejabat kita tentunya didapat dari keringat rakyat yang kita bayarkan melalui pajak.
Kalaupun seandainya itu kekayaan memang hak dia dan milik mereka yang sudah kita bayarkan, tapi harus diingat bahwa dalam hukum Islam, sebagian kekayaan kita adalah bukan milik kita dan hanya titipan. Dan dalam harta dan kekayaan kita ada hak-hak anak yatim dan yang lainya yang memang membutuhkanya.
Apakah TIDAK MALU, jadi pejabat negara bergaya hidup mewah dengan kekayaanya, akan tetapi di daerah masih ada rakyat dan masyarakat harus Meninggal hanya karena Gizi Buruk?
Silahkan anda mengartikan dan menganggap jika tokoh idola dan partai anda sudah hidup sederhana. Itu hak anda dan mungkin memang standard hidup anda seperti itu.
Akan tetapi bagi kita yang hanya sebagai seorang anak petani bisa merasakan dan menganggap jika kebanyakan dan rata-rata GAYA HIDUP pejabat dan elit partai di Indonesia jauh dari kata SEDERHANA.
Semoga saja dalam peringatan Hari Kelahiran Nabi Muhammad S.A.W yang berkali-kali kita rayakan ini bisa menyadarkan pejabat kita dan elit partainya supaya mengikuti keteladanan nabi khususnya untuk bergaya hidup sederhana.
Jika pejabat dan elit partai di negara kita semuanya bisa memiliki gaya hidup yang sederhana, maka yakinlah korupsi tidak akan lagi ada di Indonesia. Karena tidak mungkin seorang yang hidup sederhana itu mempan untuk menerima suap apalagi korupsi.
Mereka yang mau menerima suap dan korupsi PASTILAH bukan dari orang yang hidup sederhana melainkan segerombolan ORANG-ORANG YANG TAMAK, RAKUS, dan TIDAK PUNYA MALU APALAGI TAKUT DENGAN DOSA..!
(Disadur dari http://al-faizfarizki.blogspot.com/)